Sajak-sajak keputusasaan kembali menyeruak memenuhi ruang
pengap berukuran 3x3 meter itu. Menulis,
menulis, dan terus menulis. Seperti orang kerasukan, yang dia tahu hanya
menulis dan terus menulis. Entah akan terhenti dimana bait-bait sajak itu. “ALLAH.. ALLAH.. ALLAH..”, dalam
kalutnya masih terdengar lirih nama Agung itu terus diucapkannya dalam relung
hati. Ya! Allah, satu-satunya Tuhan yang ia tahu. Satu-satunya Tuhan yang ia
punya. Satu-satunya zat yang ia harap dapat meredakan kemelut hidupnya.
Satu-satunya, satu-satunya tempat ia bertumpu dan mengadukan keputusasaan, kekecewaan,
kesedihan, kekhawatiran, dan segala rasa yang menyergap batinnya kini.
______________________________________________________________________________________
Hingga akhirnya kini tulisannya telah terhenti, tak ada lagi kata yang tersisa dalam semestanya. Hanya ada satu yang takkan habis, takkan hilang, dan selalu abadi baginya; ALLAH. Tempatnya kini menyerahkan segala hidup hingga mati kelak.
"Sesakit apapun, aku tetap percaya pada Keagungan Takdir-Mu.."
120213
2:28 pm