Kami telah menjawab pertanyaan “Kepada Apa Kita Menyeru Manusia?” yang
dilontarkan oleh banyak orang berkali-kali, pada risalah yang lalu. Mereka
senantiasa bertanya setiap diseru untuk mendukung jam’iyyah Ikhwanul Muslimin
dengan pertanyaan: “Kepada apa jam’iyyah Ikhwanul Muslimin menyeru?” saya
terpaksa menjawab dan menjelaskan dasar-dasar dakwah ini-pada risalah yang
lalu-dengan jawaban yang kiranya dapat memenuhi hajat orang-orang yang bertanya
tersebut, tanpa ada yang rancu lagi. Kalau tidak salah, saya telah memberi
jawaban secara global-dengan membahas dasar-dasar dakwah ini-pada tulisan
yang pertama, kemudian saya merincinya
pada uraian selanjutnya. Dengan demikian, rasanya tidak ada lagi alasan bagi
orang yang ingin mengenal hakekat dakwah Ikhwanul Muslimin, baik secara global
maupun rinci, untuk mengatakan: tidak tahu!
Ada lagi pertanyaan yang tersisa, yang banyak dilontarkan orang ketika
diajak memberikan dukungan kepada jamaah ini; yang beraktivitas siang dan malam
tanpa mengharapkan balasan dan ucapan terima kasih dari siapapun, kecuali dari
Allah saw. Semata. Mereka tidak pula menyandarkan langkah-langkahnya kecuali
kepada dukungan dan pertolongan-Nya, karena ‘tidak ada kemenangan kecuali dari
sisi-Nya’. Pertanyaan tersebut, yang sering dilontarkan dengan nada sinis,
adalah: Apakah jamaah ini merupakan jamaah aktif, dan anggotanya para aktivis?
Orang yang bertanya ini adalah salah satu dari orang-orang dengan tipe
berikut:
-
Mungkin ia adalah sosok pengumbar hawa nafsu yang
perangainya destruktif, yang ketika melontarkan pertanyaan ini tidak memiliki
kepentingan kecuali untuk membuat kekacauan ditubuh jamaah dan prinsip
pemikirannya, serta para pendukungnya yang tulus. Ia tidak menganut agama jika
dengan itu tidak mendapatkan keuntungan pribadi. Ia tidak peduli dengan urusan
orang lain, kecuali jika urusan itu memberikan kemanfaatan bagi dirinya.
-
Mungkin ia pribadi yang lalai akan dirinya sendiri
dan-begitu juga-terhadap orang lain. Ia tidak memiliki tujuan hidup, tidak memiliki
prinsip pemikiran, dan tidak pula aqidah.
-
Mungkin ia adalah sisik yang hobinya bersilat lidah dan
melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang indah-indah agar dianggap oleh para
pendengarnya sebagai orang ‘berisi’, meski kenyataannya ‘tong kosong berbunyi nyaring’ dengan perilakunya, ia
ingin membersitkan kesan dibenak kalian bahwa dirinya adalah sosok pencinta
amal. Ia senantiasa berusaha membersitkan kesan itu, namun tidak pernah
menemukan jalan. Ia menyadari betul
kebohongan dirinya dengan lontaran kata-katanya itu, dan itu semua ia
lakukan sekedar untuk menutupi kelemahan dirinya.
-
Mungkin ia seorang yang tengah berupaya untuk
melemahkan semangat orang-orang yang menyeru dakwah, agar-dengan lemahnya
semangat itu-ia punya alasan untuk menapik seruanya, untuk merespon secara
dingin, dan akhirnya berpaling dari amal jama’i.
Golongan yang manapun dari mereka itu, jika anda menemuinya dijalan lalu
anda jelaskan padanya manhaj amal yang produktif, anda tuntun mata-telinga,
akal pikiran, dan tangannya menuju jalan yang benar, niscaya mereka akan
berpaling juga dalam keadaan bingung, jiwanya guncang, bibirnya gemetar untuk
mengucapkan kata-katanya, geraknya meragukan, dan diamnya pun tampak salah
tingkah. Ia lalu menyampaikan kata-kata ‘maafnya’ dan meminta kesempatan di
waktu yang lain saja. Akhirnya, ia pun menghindar darimu dengan seribu satu
alasan. Itu semua dilakukan setelah ia-dengan gigihnya-berdiskusi denganmu
berlama-lama, dan setelah itu-engkau lihat, ia bahkan merintangi jalan dengan
congkaknya.
Perumpamaan mereka itu seperti sepotong cerita bahwa ada seseorang yang
dengan semangatnya menghunus pedang, tombak, dan senjata lainnya. Setiap malam
ia pandangi senjata-senjata itu dengan gerakan geram karena tidak kunjung
menemui musuhnya untuk bias menunjukkan keberanian dan kepahlawanannya. Suatu
saat, istrinya ingin menguji kesungguhannya. Dibangunkanlah ia pada tengah
malam sembari memanggilnya dengan nada meminta bantuan, “Bangunlah pak,
kuda-kuda perang telah mendobrak pintu rumah kita.” Seketika ia terbangun dalam
keadaan gemetaran dan wajahnya pucat pasi sambil bergumam ketakutan, “Kuda
perang, kuda perang …” Hanya itu yang ia ucapkan, tidak lebih. Ia bahkan tuidak
berusaha untuk membela diri. Tatkala waktu pagi tiba, hilanglah akal sehatnya
karena ketakutan yang amat sangat dan terbanglah pula nyalinya, padahal ia
belum terjun ke medan perang secara nyata dan belum menjumpai seorang musuh
pun.
Seorang penyair
bertutur:
Kalaupun seorang pengecut tinggal sendiri di bumi
Kalaupun seorang pengecut tinggal sendiri di bumi
Ia ‘kan
menantang tombak dan peperangan
Allah swt. Berfirman,
“Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi kamu
dan orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya, ‘Marilah kepada kami.’
Dan mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar. Mereka bakhil terhadapmu,
apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu
dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati,
dan apabila ketakutan telah hilang mereka mencaci kamu dengn lidah yang tajam.,
sedangkan mereka bakhil untuk berbuat kebaikan . mereka itu tidak beriman, maka
Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah.” (Al-Ahzab: 18-19)
Untuk orang-orang seperti ini kita tidak perlu memberi komentar. Kita
tidak perlu menjawab mereka, kecuali dengan kata-kata, “Semoga keselamatan atas
kalian dan kami tidak membutuhkan orang-orang jahil.” Bukan untuk mereka kita
menulis dan bukan kepada mereka dan kita berbicara. Kita telah lama berharap
kebaikan untuk mereka dan kita telah tertipu oleh mulut manisnya suatu waktu,
lalu terbukalah kedok mereka dan terangkurlah apa yang ada di balik
kata-katanya itu. Kita melihat beragam sosok dan kelompok mereka yang membuat
hati ini semakin tidak cenderung kepadanya dan tidak sekali-kali akan
menyerahkan urusan kepada mereka, meskipun sepele.
Ada lagi kelompok lain: sedikit jumlahnya, tetapi besar kesungguhannya;
langka bilangannya, tetapi diberkati dan dilindungi oleh Allah. Mereka bertanya
kepadamu dengan pertanyaan serupa ketika diajak untuk mendukung dan bergabung
dengan jamaah ini, namun dengan hati yang tulus. Mereka adalah orang-orang yang
hatinya telah dipenuhi dengan kerinduan untuk berbuat, sehingga kalau saja
mengetahui jalan untuk itu, mereka pasti terjun seketika. Mereka adalah para
mujahid, namun tidak kunjung menjumpai medan jihad yang dapat membuktikan
kepahlawananya. Mereka telah banyak berinteraksi dengan berbagai kelompok dan
telah pula mengkaji berbagai lembaga dan organisasi dakwah, namun itdak
menjumpai sesuatu yang memuaskan hatinya. Jika saja mereka menjumpai apa yang
mereka inginkan di sana, mereka pasti menempati posisi di barisan pertama dan
menjadi bagian dari para aktivis yang tekun.
Kelompok ini telah hilang dan sedang dinanti kedatangannya. Saya yakin
sepenuhnya, jika saja seruan ini terdengar olehnya dan sampai di hatinya,
mereka pasti akan menjadi salah satu dari dua golongan: golongan aktivis
atau-paling tidak-golongan simpatisan; dan tidak mungkin menjadi yang ketiga.
Mereka, kalaupun tidak mendukung fikrah ini, tidak akan pernah sekali-kali
menjadi musuhnya. Untuk kelompok inilah kita menulis, kepada merekalah kita
berbicara, dan bersama merekalah kita saling memahami. Allah swt. Sendirilah
yang memilih tentara-tentara-nya dan menyeleksi para aktivis dakwah-Nya.
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang
kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.”
(Al-Qashash:56)
Mudah-mudahan kita sepakat akan apa-apa yang kita inginkan Allah swt.
Berfirman dengan kebenaran dan hanya Dialah petunjuk jalan.