Powered By Blogger

Selasa, 10 Juni 2014

Every Cloud Has A Silver Lining

Teringat pernah baca suatu kisah tentang seorang anak kecil yang tengah berjuang dalam sebuah perlombaan. Anak tersebut berangkat dengan ditemani oleh orang tuanya. Sebelum memulai perlombaan, si anak tersebut berdoa dengan sangat khusyuk. Sesaat setelah merampungkan doanya, sang orang tua bertanya kepada si anak, "Doa apa yang kamu panjatkan, kamu berdoa untuk keberhasilanmu kan?". Di luar dugaan, anak tersebut justru menggeleng pelan. “Aku berdoa semoga aku tidak menangis jika aku kalah”, kata anak tersebut dengan lugunya. Orang tua tersebut terperanjat mendengar jawaban sang anak. Sambil tersenyum sang orang tua menepuk bahu anaknya dan menyemangatinya untuk masuk ke arena perlombaan. (Motivasi&Inspirasi, dengan sedikit perubahan)
Begitu sederhana harapan si anak kecil tersebut. Dengan kepolosannya, dia sama sekali tidak berharap agar dapat memenangkan perlombaan tersebut, dia hanya berharap agar Tuhan menata hatinya, sehingga dia tidak terlalu sedih menghadapi kekalahannya jika memang dia harus kalah. Hanya kebijaksanaan dan kerelaan yang tercermin dalam doa anak tersebut, yang mungkin dia sendiri belum cukup memahami apa artinya.
Ya.. selama ini kita terlalu sering terbebani dengan pikiran dan keegoisan diri kita sendiri, yang mengatakan bahwa kita HARUS bisa, kita HARUS berhasil, kita HARUS menang. Akibatnya begitu mendapati kekalahan, kegagalan, dan kejatuhan, kita merasa dunia kita sudah hancur. Begitu??
Seharusnya memang tidak. Di setiap kesempatan, di setiap ujian, dan di setiap usaha yang kita perjuangkan, kita harus siap. Siap untuk menang dan siap untuk kalah. Kita harus punya sikap optimis untuk berhasil sekaligus tegar untuk gagal. Keyakinan itu memang perlu, tetapi berhasil atau tidak itu adalah ketetapan Alloh. Di saat yang apa kita harapkan belum terwujud, yakinlah bahwa hal itu bukanlah yang terbaik untuk kita. Mungkin bukan itulah kebutuhan kita. Ambil saja hikmahnya, mungkin saat itu Alloh sedang ingin bercengkerama dengan makhluk yang sudah lama meninggalkan-Nya. Mungkin Alloh memang "kangen" dengan curhatan kita di sepertiga malamnya. Atau mungkin karena kita sedang dipersiapkan untuk menerima sesuatu yang "Lebih", wallohu'alam.
Apapun itu, ikhlaskan saja. Kita tidak sedang kehilangan sesuatu kok, karena memang tidak ada yang benar-benar kita miliki di dunia ini. Semua kepunyaan-Nya, jadi biarkan Dia menentukan apa saja yang akan dia hadiahkan kepada makhluk-Nya. Semua pasti ada hikmahnya, karena tidak ada sesuatu pun yang sia-sia.
_If “Plan A” didn’t work, The alphabet has 25 more letters. Stay cool_kata sebuah pesen di facebook. Dan yah, bener banget. Jika memang gagal, segera bangkit lagi. Jika jatuh lagi, tetap ingat bagaimana cara untuk berdiri. Kita tidak boleh kehilangan harapan dan motivasi yang ada dalam diri kita, karena saat kita kehilangan keduanya, yang tersisa hanyalah kerapuhan dan keputusasaan. We’ll never know what tomorrow will bring, so don’t ever lose our hopes. Cause every cloud has a silver lining. And I believe there will be a rainbow which follow that clouds J
(Sumber : http://moo-ach.blogspot.com)

Minggu, 05 Januari 2014

TBVH #1

Jujur sejujur-jujurnya..
Selalu ada luka yang tertinggal dari tiap periode yang dijalani. Selalu ada ketakutan untuk memulai kembali. Dan bukan hal yang mudah untuk mengobatinya. Tapi berhenti bukan cara yang tepat. Memang lelah, memang sakit untuk terus berjalan sembari menahan luka yang masih menganga, tapi setidaknya kelelahan dan kesakitan itu pertanda bahwa aku masih sanggup berjalan, dan hidup! Karena berhenti justru berarti mati.

Bismillah.. Hanya berharap semoga Allah tetap menguatkan dan mengistiqomahkanku di jalan ini.



12:05 am
050114

Sabtu, 18 Mei 2013

#3

“Kau tahu, Nak, sepotong intan terbaik dihasilkan dari dua hal, yaitu, suhu dan tekanan yang tinggi di perut bumi. Semakin tinggi suhu yang diterimanya, semakin tinggi tekanan yang diperolehnya, maka jika dia bisa bertahan, tidak hancur, dia justeru berubah menjadi intan yang berkilau tiada tara. Keras. Kokoh. Mahal harganya.

 “Sama halnya dengan kehidupan, seluruh kejadian menyakitkan yang kita alami, semakin dalam dan menyedihkan rasannya, jika kita bisa bertahan, tidak hancur, maka kita akan tumbuh menjadi seseorang berkarakter laksana intan. Keras. Kokoh."

 --Tere Liye, novel "Negeri Di Ujung Tanduk", Gramedia Pustaka Utama

#2

“Ketika situasi memburuk, ketika semua terasa berat dan membebani, jangan pernah merusak diri sendiri. Boleh jadi ketika seseorang yang kita sayangi pergi, maka separuh hati kita seolah tercabik ikut pergi. Tapi kau masih memiliki separuh hati yang tersisa, bukan? Maka jangan ikut merusaknya pula. Itulah yang kau punya sekarang. Satu-satunya yang paling berharga.”

 — Tere Lije, novel "Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah"

#1

“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja.Tak melawan, mengikhlaskan semuanya. Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.”
 


— Tere Liye, novel ‘Daun yang jatuh tak pernah membenci angin’